
Ground pressure merupakan nilai tekanan yang diberikan alat berat/benda kepada material tanah.
Sedangkan nilai tekanan balik yang diberikan tanah kepada kuat tekan yang diterimanya disebut daya dukung tanah (bearing capacity). Kedua hal ini sangat penting untuk dipahami untuk melihat bagaimana kedua hal ini akan memperngaruhi proses pertambangan. Keduanya memiliki satuan yang sama yaitu pascal atau kg/cm2 atau lb/ft2.
Idealnya nilai daya dukung tanah harus lebih besar dari nilai ground pressure yang dimiliki alat, besaran nilai ground pressure yang dimiliki alat dapat dilihat pada spesifikasi alat yang terdapat pada buku manual alat dari perusahaan yang memproduksinya. Ketika daya dukung tanah lebih kecil dari nilai ground pressure yang diberikan oleh alat berat maka alat berat akan menjadi tidak optimal, seperti kecepatan pergerakan yang berkurang atau malah roda alat berat akan amblas. Dalam hal ini nilai daya dukung tanah diperkirakan lebih kecil dari nilai ground pressure yang akan diberikan maka diperlukan proses pengerasan ataupun perawatan untuk memperbaiki nilai daya dukung tanahnya.
Untuk mengetahui nilai daya dukung tanah, terdapat beberapa test pengujian yang dapat dilakukan sesuai dengan besaran rencana gangguan atau ground pressure yang akan diberikan pada lokasi yang bersangkutan. Beberapa metode pengujian ini adalah Cone Penetration Test (CPT) dan Standard Penetration Test (SPT), untuk memahami lebih jauh mengenai kedua metode pengujian dan membedakan penggunaanya silahkan baca disini.
Dalam kaitanya dengan produktiovitas penambangan, daya dukung tanah berbanding lurus dengan nilai kekerasan material, semakin besar nilai kekerasan material maka kecepatan penggalian akan cenderung semakin lambat. Namun, semakin besar nilai daya dukung tanah dan nilai kekerasan maka akan semakin baik bagi pergerakan alat berat terutama alat angkut.
Sementara untuk menyesuaikan nilai ground pressure yang dimiliki alat berat, secara otomatis akan mempengaruhi besar kecil alat berat yang akan digunakan, baik alat gali maupun alat angkutnya. Karena pada dasarnya, semakin besar alat berat yang digunakan maka akan nilai ground pressurenya cenderung semkain besar. Sebagai contoh, pertambangan di Sumatera cenderung menggunakan alat berat yang kecil (PC 400 dan sekelasnya) sementara pertambangan di Kalimantan biasa menggunakan alat berat dengan ukuran besar (PC 2000 dan sekelasnya). Hal ini bisa terjadi karena, nilai daya dukung tanah kebanyakan yang ada di wilayah Sumatera kecil sedangkan di Kalimantan nilai daya dukung tanahnya cenderung besar.
Dalam formulanya, nilai tekan alat berat (ground pressure) ditulis sebagai berikut:
Keterangan:
P = Nilai Tekan / Ground Pressure
F = Berat Alat
A = Luas Permukaan, luasan yang menyentuh tanah
Sedangkan nilai daya dukung tanah didapat dari hasil pengujian CPT atau SPT.
Penulis: Januar
Editor: Akhsan
NEWS
5 Hal Pertama yang Harus Dilakukan Sebelum Mengurus Izin Lingkungan
kelayakan teknis, ekonomi dan lingkungan. Dalam hal pengurusan kelayakan lingkungan yang dibuktikan dengan Perling terdapat beberapa tahap yang harus dilakukan. . . . . . .
Baca selengkapnya . . . .Faktor Faktor Pembentuk Batubara
Schlatter’s (1973), menyebutkan bahwa pembentukan batubara merupakan proses yang kompleks yang harus dipelajari dari banyak segi, karena ada bermacam-macam proses yang. . . . . . .
Baca selengkapnya . . . .Pengaruh Kompetensi Pekerja Tambang Terhadap Produktivitas Penambangan
Skill atau kemampuan pekerja tambang, baik sebagai operator alat maupun engineer memegang peranan yang sangat vital terhadap pencapaian produktivitas penambangan.. . . . . . .
Baca selengkapnya . . . .Pengaruh Efektitivitas Jam Kerja Terhadap Produktivitas
Proses penambangan menuntut efisiensi dan efektifitas dalam pelaksanaanya. Baik dalam hal penggunaan alat berat, penggunaan bahan bakar, pengelolaan sumber daya. . . . . . .
Baca selengkapnya . . . .